Senin, 28 Mei 2012

Lebih Baik "Bad Boy" daripada "Criminal Boy"

Sebenarnya dilihat dari dua sebutan di atas sama-sama "bad"
Tapi jika dilihat dari berbagai sisi, mari kita buktikan keampuhannya. 
-Pernah lihat orang jujur yang memberontak keras terhadap kepemimpinan yang salah? 
-Pernah dengar orang yang sudah bekerja di sebuah bank selama bertahun-tahun lalu kemudian mengundurkan diri hanya untuk membuka usaha sendiri? 
-Pernah lihat orang dengan banyak kemampuan tapi disepelekan? 
-Dan terakhir, pernahkah anda melihat orang yang menentang peraturan untuk sesuatu yang lebih baik?

Semua pertanyaan di atas merupakan cerminan dari seorang Bad Boy. Bad boy disini bukan dalam arti yang negatif. Tapi bagaimana caranya seorang pembangkang yang keluar dari daerah nyamannya atau biasa kita sebut "comfort zone". 
Mereka adalah orang yang menginginkan perubahan dalam hidupnya. Sebagai contoh di pertanyaan kedua, saya akan lihat bahwa saya pernah dengar bahkan melihatnya. 
Saya berkenalan dengan seorang bapak yang kira-kira berusia di atas 40 tahun. Dimana sedang mempelajari bahasa asing di tempat yang sama dengan saya. Saya pernah bertanya, 
"Bapak kerja dimana?" 
"Saya wirausaha de." 
"Di bidang apa pak?"
"Saya menaungi dua perusahaan. Sepatu juga baju."
Otomatis dari pernyataan si bapak, saya terus ingin mendengar kisah suksesnya. 
Ternyata sebelumnya dia pernah bekerja di salah satu bank selama hampir sepuluh tahun. Tapi karena tidak merasakan perubahan, hanya begitu-begitu saja. Alhasil dia pun banting setir dan dengan beraninya meninggalkan tempat kerjanya yang selama bertahun-tahun menafkahinya. 
Keputusan yang berani memang menurut saya. Berani mengambil resiko. 
Setelah itu dia bekerja di salah satu perusahaan di bidang sepatu. Bukan untuk mencari uang tapi untuk mencari ILMU-nya. Bagaimana proses manajemennya? Bagaimana tahap produksinya, pemasarannya, dll. Setelah penuh dengan ilmu wirausahanya. Keberanian si bapak ini berlanjut, dengan mendirikan usaha mandiri. 
Awalnya usaha ini dikerjakan oleh beberapa orang saja. Lama-kelamaan usaha si Bapak ini berkembang dan sampai pada akhirnya menaungi beberapa perusahaan yang dikelolanya. 
Dia memberikan saran bahwa jika ingin berusaha, ambillah barang mati seperti baju, celana, sepatu, dll. Jangan usaha di bidang hidup. Mengapa demikian? Selain tidak tahan lama, banyak resiko lainnya yang akan diterima. Seperti misalnya saat usaha di bidang pertanian, suatu saat lahan anda akan terkena hama yang mana nantinya membuat tanaman yang diproduksi mati. Belum lagi ditambah pesanan yang harus dikejar deadline. Alhasil jika pengelolaannya seperti itu para customer pun akan berpikir dua kali. 
Berbeda dengan barang mati  seperti baju, tas, celana, sepatu, dll. kita tidak dipusingkan untuk memeliharanya. Yang penting kualitas barang produksi yang kita buat bisa survive di pasaran. Income pun tidak sulit didapat. 

Bad boy adalah orang-orang yang memiliki kemampuan mumpuni namun salah ditempatkan. 
Ambil contoh, para hackers yang bisa menembus pengamanan mengartikan bahwa mereka orang yang pintar di bidang komputer namun salah arah. Kita tinggal mengarahkan kemampuannya di jalan yang benar. Pasti akan ada perubahan yang signifikan di segi positif pastinya. 
Contoh lain, para penembak jitu yang ditugaskan untuk membunuh. Mengartikan bahwa mereka sudah mahir dalam menembak namun salah tempat. Lebih baik jika mereka ditempatkan di kesatuan polisi untuk menjadi ahi snipper untuk pengamanan negara. 

Dengan Bad Boy akan hadir pengharapan baru untuk merubah paradigma yang biasanya terjadi. Dengan Bad Boy semuanya dilabrak untuk menjadi lebih baik. Jadilah seorang Bad Boy yang melahirkan inovasi dan kreasi baru agar berguna untuk kepentingan bersama. 

Berbeda dengan Criminal Boy. Tidak ada yang bisa diharapkan dari mereka. Hanya keonaran yang bisa diberikan. Layaknya geng motor yang tak berguna.Istilahnya pun seperti kata madesu, masa depan suram. So, Lebih baik Bad Bor daripada Criminal Boy. 
:))

*Saya menulis artikel ini terinspirasi dari tayangan MTGW tentang Bad Boy 
...@kimul92

Tidak ada komentar:

Posting Komentar