(*alhamdulillah artikel ini juara III di Lomba Penulisan Artikel Ilmu Komunikasi UPI)
Rasa-rasanya baru kemarin
muncul media sosial yang bertujuan untuk mendapat teman baru dimanapun berada,
dikenal dengan Friendster. Teman semasa kecil, sanak saudara sampai orang-orang
yang belum kita kenali sebelumnya. Penulis masih ingat, saat itu menginjak
bangku SMP kelas 2. Bisa dibilang menjadi salah satu daya tarik untuk sering
bolak-balik ke dalam sebuah warnet hanya untuk membuka akun.
Hampir setiap hari tidak
pernah absen untuk membuka akun Friendster yang dimiliki. Bisa dibilang menjadi
awal pengenalan terhadap dunia maya. Meskipun yang diketahui masih dalam skala
kecil atau bahkan bisa dianggap “gaptek”. Tapi itulah gambaran anak usia 13
tahun, polos dengan motif ikut-ikutan teman sepermainan menggandrungi sampai
menjadi maniak Friendster. Sepenggal cerita “kelam” penulis tentang dunia maya.
Namun yang terpenting proses belajar yang memberikan pengalaman.
Seiring perkembangan zaman pula, lambat laun semua berubah.
Dari mulai fashion sampai teknologi bisa berkembang, apapun jenis dan
bentuknya. Terlepas dari fashion, yang lebih menonjol memang teknologi. Semua
orang perlu dan memakai apapun yang dinamakan teknologi. Karena lama kelamaan,
teknologi pun akan mendesak seseorang yang harus menyesuaikan diri dengan
keadaan sekeliling untuk dianggap. Dalam hal ini mengandung pengertian bahwa
untuk bisa berkomunikasi dan juga mengetahui setiap detik peristiwa yang
terjadi di bumi ini, masyarakat terdesak dan secara terpaksa harus memiliki
gadget.
Selain
Friendster, yang jika dimunculkan sebagai topik utama akan menjadi bacaan
usang. Meskipun memang ada pembaharuan dalam tubuh Friendster sebagai usaha
untuk menarik minat pemakai dunia maya. Mulailah muncul media sosial lain yang
hampir sama namun memiliki keunggulan yang berbeda-beda, contohnya saja Facebook,
Twitter dan Blog.
Diawali dengan Facebook,
yang digagas oleh seorang lelaki muda bernama Mark Zuckerberg, berkali-kali
menyabet penghargaan bergengsi tingkat dunia. Dan, dia pun dinobatkan sebagai
milyuner termuda sepanjang sejarah.
Penghargaan terakhir diterima Mark dari World Economic
Forum (WEF), Rabu (4/3). Ia termasuk 230 orang yang dianggap berpengaruh bagi
dunia sebagai Young Global Leaders 2009. Ia merupakan salah satu penerima
penghargaan yang diberikan kepada pemimpin muda dunia dari 71 negara itu.
Mark Zuckerberg dengan visi dan misi Facebooknya dinilai
memiliki pengaruh yang baik bagi perkembangan komunikasi dan interaksi dunia
oleh Young Global Leader (YGL), program yang mengusung orang-orang berusia 40
tahun ke bawah yang memiliki kemampuan memimpin yang baik, memiliki visi dan
kinerja yang berdampak bagi dunia ini.
Dengan berbagai fitur
menarik dimana simbol unggulannya adalah gambar Jempol yang lebih dikenal “like
this”, semua disajikan untuk lebih membuat para penggunanya merasa kerasan.
Semisal kita bisa dengan mudahnya memasukkan foto dan video yang kita miliki,
untuk bisa ditampilkan. Belum lagi para pengguna bisa berbagi foto dan video
tersebut ke orang yang dituju, seperti teman, sanak saudara, partner kerja.
Asalkan mereka telah menjadi teman kita.
Semakin banyak teman yang
kita miliki, semakin banyak pula kesempatan kita untuk berbagi apapun kepada
orang lain, mulai dari foto, video, catatan (notes), sampai acara yang kita
buat pun bisa diketahui oleh teman di Facebook.
Suatu ketika, penulis
memasukkan foto selebrasi setelah memasukkan bola ke dalam gawang lawan di koleksi
foto pribadinya, yang memiliki arti karena begitu membanggakan. Tanpa diduga,
ada salah seorang teman yang melihat foto itu. Perbuatan tak terduga dan
membuat shock, orang tersebut menandai teman-teman lainnya untuk melihat foto
yang sebenarnya hanya untuk koleksi pribadi. Selang beberapa menit, semua teman
yang ditandai mengomentari foto tersebut, ada yang memberikan selamat, ada yang
mengejek meskipun penulis tahu itu hanya gurauan belaka.
Penulis yang tadinya merasa
kesal karena foto koleksi pribadi diperlihatkan kepada orang lain, setelah
melihat komentar mereka, terasa bahwa apapun kabar baik tak ada salahnya jika
kita sampaikan kepada orang lain. Buktinya respon terhadap foto pun sangat
beragam, banyak orang memberikan Jempol-nya dan juga beberapa komentar yang
sangat memotivasi. Belum lagi ditambah, teman yang satu dengan yang lain bisa
saling tegur sapa padahal sebelumnya jarang dilakukan. Bisa dikatakan
mempererat tali silaturahmi dengan sesama.
Mengenai hubungannya dengan
pendidikan, sangat banyak keuntungan yang bisa diambil. Pertama, kita bisa
membuat akun yang mengatasnamakan nama sekolah, lembaga pendidikan dan semua
yang ada hubungannya dengan pendidikan. Dimana di dalamnya pengguna secara
aktif memberikan berita dan info mengenai akun yang dibuat, agar semua orang
mengetahui apa kegiatan baru yang dilakukan akun sekolah atau lembaga
pendidikan tersebut. Kedua, dengan adanya fitur “acara”, kita bisa membuat
acara yang berhubungan dengan pendidikan lalu menandai dan mengajak orang-orang
untuk menghadiri undangan tersebut. Misal, akan diadakan acara seminar mengenai
penanggulangan kesulitan belajar. Ditandailah orang-orang untuk mengikuti
seminar tersebut, nanti akan banyak respon yang diterima. Ada yang memberikan
Jempol-nya, ada yang berkomentar. Kita bisa mengetahui siapa yang akan datang
ke seminar, siapa yang tidak, siapa yang belum memberikan jawaban mengenai
kedatangannya. Dengan respon bagus, kita patut berbangga hati karena semua yang
dibuat memberikan manfaat juga bagi orang lain.
Ada kelebihan, ada juga
kekurangan. Tak bisa disangkal ada beberapa masalah yang ditimbulkan akibat
adanya Facebook menurut penulis. Pertama, banyaknya akun orang ternama palsu
yang dibuat-buat. Padahal tanpa dipungkiri orang-orang ternama bisa memberikan
inspirasi bagi para penggermarnya. Kedua, dengan mudahnya dapat meng-hack akun
seseorang tanpa alasan, yang membuat si pemilik akun tidak bisa menggunakannya
lagi. Ketiga, orang-orang kurang memanfaatkan kemajuan media sosial ini untuk
menambah pengetahuan, kebanyakan hanya digunakan untuk mengisi waktu luang
saja.
Berikutnya, dirilis pada
tahun 2006 oleh Jack Dorsey, lahir
November 19, 1976. Ketika usianya baru 24 tahun muncul ide yang sederhana
dibenaknya untuk mengubah cara berkomunikasi secara sosial, sebuah ide yang
akhirnya berubah menjadi apa yang sekarang kita kenal sebagai Twitter.
Sama seperti Facebook,
keduanya mempunyai peranan untuk perkembangan
komunikasi. Memang bentuknya lebih seperti SMS yang diaplikasikan
sebagai konsep pesan status interaktif. Perbedaan fitur pasti ada sebagai ciri
khas yang dimiliki tiap-tiap media sosial.
“RT” , tanpa perlu
dijelaskan penulis yakin pembaca mengetahui maksud yang ditujukan, Retweet. Mengapa mengambil kata
tersebut? Percaya atau tidak, kita lebih sering me-retweet status orang lain
dibandingkan update status untuk akun sendiri. Kita lebih sering mengomentari
apa yang orang lain lakukan karena akan muncul bahan-bahan obrolan dengan seketika
dibandingkan mengharapkan retweet orang lain. Berani memulai itu lebih baik.
Orang-orang yang telah memiliki
nama besar dan mempunyai akun twitter, dengan mudah mendapatkan ratusan, ribuan
bahkan jutaan followers. Kebiasaan orang dengan jutaan followers, selalu
menampilkan pernyataan-pernyataan yang bisa memotivasi. Meskipun ada juga yang
menampilkan hal-hal yang tidak penting. Setidaknya bisa diambil sisi baik dari orang
yang diidolakan.
Terlepas dari itu, banyak
sekali akun twitter baik itu nama sekolah ataupun lembaga pendidikan.
Mempermudah setiap orang untuk mengetahui apa yang terjadi setiap menitnya.
Disamping itu ada juga info mengenai beasiswa. Dengan adanya akun tersebut kita
bisa mengetahui beasiswa pendidikan apa saja yang ada, baik untuk S1, S2 maupun
S3. Inggris, Jerman, Jepang dan masih banyak lagi negara lain yang menjadi
tujuan melanjutkan studi. Karena realita yang terjadi, orang Indonesia lebih
memilih belajar di luar negri karena menganggap pengajar dan tempat studinya
terakreditasi sangat baik. Sebagai dampaknya, masyarakat lebih menghargai orang-orang
lulusan universitas luar negri daripada lulusan dalam negri. Banyak yang
beranggapan, selain mempunyai nilai plus dalam bahasa, lulusannya lebih
berkompeten dan dianggap mahir dalam bidangnya.
Beasiswa memang dibutuhkan
oleh hampir setiap pelajar, baik di bidang akademis maupun non akademis. Hanya
orang terpilih yang bisa mendapatkannya. Oleh karena itu dilakukan penyaringan
siapa saja yang pantas mendapatkannya. Setidaknya pelajar diuntungkan dengan
adanya beasiswa sebagai bentuk apresiasi terhadap prestasinya dan bisa membantu
meringankan beban administrasi.
Lain hal dengan blog, media
sosial ini memang kurang bersahabat dengan penulis. Gaptek dan kurangnya waktu
luang menjadi penyebab. Terlepas dari itu, kita sebagai pengguna bisa menyimpan
apa saja di dalam blog yang dimiliki. Artikel, cerpen, dan iklan bisa dimuat.
Dengan menyimpan berbagai karya, bisa melatih kita untuk menjadi penulis. Semua
inspirasi bisa dituangkan sehingga membuat kita pun lebih kreatif.
Dari ketiga media sosial, Facebook dengan “Jempol”-nya, Twitter dengan
“Retweet”-nya dan blog, kesemuanya memiliki keunggulannya masing-masing. Andil
besar terhadap dunia pendidikan membuat kita patut berbangga hati. Semua yang
dibutuhkan bisa terealisasikan berkat adanya media sosial ini. Meskipun memang
kita tahu untuk pendidikan moral, harus dibenahi. Masih banyak situs porno
ataupun situs-situs lain yang masih bisa diakses dengan mudahnya. Riskan bagi
seorang pelajar dengan umur belasan tahun sudah mengetahui hal-hal seperti itu.
Didasari keingintahuan yang tinggi, sudah barang tentu mereka akan melakukan
apa saja untuk mengetahuinya. Oleh karena itu, pergunakan media sosial untuk
menambah ilmu pengetahuan bukan untuk merusak diri sendiri dan juga orang lain.
Terakhir, teruslah berkarya karena suatu saat nanti akan
berguna bagi orang lain diberbagai bidang bukan hanya pendidikan. Mengutip kata
seorang penulis, Sofie Beatrix, “Dengan membaca kita akan tahu dunia, dengan
menulis dunia tahu kita.”
Daftar Pustaka
Beatrix, Sofie. 2011. Kitab Writerpreneur!
Jangan (takut) Jadi Penulis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar