Kamis, 17 Mei 2012

(Si) Jempol dan (Pak) RT, Bangga Sekaligus Waspada


(*alhamdulillah artikel ini juara III di Lomba Penulisan Artikel Ilmu Komunikasi UPI)

        Rasa-rasanya baru kemarin muncul media sosial yang bertujuan untuk mendapat teman baru dimanapun berada, dikenal dengan Friendster. Teman semasa kecil, sanak saudara sampai orang-orang yang belum kita kenali sebelumnya. Penulis masih ingat, saat itu menginjak bangku SMP kelas 2. Bisa dibilang menjadi salah satu daya tarik untuk sering bolak-balik ke dalam sebuah warnet hanya untuk membuka akun.
        Hampir setiap hari tidak pernah absen untuk membuka akun Friendster yang dimiliki. Bisa dibilang menjadi awal pengenalan terhadap dunia maya. Meskipun yang diketahui masih dalam skala kecil atau bahkan bisa dianggap “gaptek”. Tapi itulah gambaran anak usia 13 tahun, polos dengan motif ikut-ikutan teman sepermainan menggandrungi sampai menjadi maniak Friendster. Sepenggal cerita “kelam” penulis tentang dunia maya. Namun yang terpenting proses belajar yang memberikan pengalaman.
Seiring perkembangan zaman pula, lambat laun semua berubah. Dari mulai fashion sampai teknologi bisa berkembang, apapun jenis dan bentuknya. Terlepas dari fashion, yang lebih menonjol memang teknologi. Semua orang perlu dan memakai apapun yang dinamakan teknologi. Karena lama kelamaan, teknologi pun akan mendesak seseorang yang harus menyesuaikan diri dengan keadaan sekeliling untuk dianggap. Dalam hal ini mengandung pengertian bahwa untuk bisa berkomunikasi dan juga mengetahui setiap detik peristiwa yang terjadi di bumi ini, masyarakat terdesak dan secara terpaksa harus memiliki gadget.
        Selain Friendster, yang jika dimunculkan sebagai topik utama akan menjadi bacaan usang. Meskipun memang ada pembaharuan dalam tubuh Friendster sebagai usaha untuk menarik minat pemakai dunia maya. Mulailah muncul media sosial lain yang hampir sama namun memiliki keunggulan yang berbeda-beda, contohnya saja Facebook, Twitter dan Blog.
        Diawali dengan Facebook, yang digagas oleh seorang lelaki muda bernama Mark Zuckerberg, berkali-kali menyabet penghargaan bergengsi tingkat dunia. Dan, dia pun dinobatkan sebagai milyuner termuda sepanjang sejarah.
Penghargaan terakhir diterima Mark dari World Economic Forum (WEF), Rabu (4/3). Ia termasuk 230 orang yang dianggap berpengaruh bagi dunia sebagai Young Global Leaders 2009. Ia merupakan salah satu penerima penghargaan yang diberikan kepada pemimpin muda dunia dari 71 negara itu.
Mark Zuckerberg dengan visi dan misi Facebooknya dinilai memiliki pengaruh yang baik bagi perkembangan komunikasi dan interaksi dunia oleh Young Global Leader (YGL), program yang mengusung orang-orang berusia 40 tahun ke bawah yang memiliki kemampuan memimpin yang baik, memiliki visi dan kinerja yang berdampak bagi dunia ini.
        Dengan berbagai fitur menarik dimana simbol unggulannya adalah gambar Jempol yang lebih dikenal “like this”, semua disajikan untuk lebih membuat para penggunanya merasa kerasan. Semisal kita bisa dengan mudahnya memasukkan foto dan video yang kita miliki, untuk bisa ditampilkan. Belum lagi para pengguna bisa berbagi foto dan video tersebut ke orang yang dituju, seperti teman, sanak saudara, partner kerja. Asalkan mereka telah menjadi teman kita.
        Semakin banyak teman yang kita miliki, semakin banyak pula kesempatan kita untuk berbagi apapun kepada orang lain, mulai dari foto, video, catatan (notes), sampai acara yang kita buat pun bisa diketahui oleh teman di Facebook.
        Suatu ketika, penulis memasukkan foto selebrasi setelah memasukkan bola ke dalam gawang lawan di koleksi foto pribadinya, yang memiliki arti karena begitu membanggakan. Tanpa diduga, ada salah seorang teman yang melihat foto itu. Perbuatan tak terduga dan membuat shock, orang tersebut menandai teman-teman lainnya untuk melihat foto yang sebenarnya hanya untuk koleksi pribadi. Selang beberapa menit, semua teman yang ditandai mengomentari foto tersebut, ada yang memberikan selamat, ada yang mengejek meskipun penulis tahu itu hanya gurauan belaka.
        Penulis yang tadinya merasa kesal karena foto koleksi pribadi diperlihatkan kepada orang lain, setelah melihat komentar mereka, terasa bahwa apapun kabar baik tak ada salahnya jika kita sampaikan kepada orang lain. Buktinya respon terhadap foto pun sangat beragam, banyak orang memberikan Jempol-nya dan juga beberapa komentar yang sangat memotivasi. Belum lagi ditambah, teman yang satu dengan yang lain bisa saling tegur sapa padahal sebelumnya jarang dilakukan. Bisa dikatakan mempererat tali silaturahmi dengan sesama.
        Mengenai hubungannya dengan pendidikan, sangat banyak keuntungan yang bisa diambil. Pertama, kita bisa membuat akun yang mengatasnamakan nama sekolah, lembaga pendidikan dan semua yang ada hubungannya dengan pendidikan. Dimana di dalamnya pengguna secara aktif memberikan berita dan info mengenai akun yang dibuat, agar semua orang mengetahui apa kegiatan baru yang dilakukan akun sekolah atau lembaga pendidikan tersebut. Kedua, dengan adanya fitur “acara”, kita bisa membuat acara yang berhubungan dengan pendidikan lalu menandai dan mengajak orang-orang untuk menghadiri undangan tersebut. Misal, akan diadakan acara seminar mengenai penanggulangan kesulitan belajar. Ditandailah orang-orang untuk mengikuti seminar tersebut, nanti akan banyak respon yang diterima. Ada yang memberikan Jempol-nya, ada yang berkomentar. Kita bisa mengetahui siapa yang akan datang ke seminar, siapa yang tidak, siapa yang belum memberikan jawaban mengenai kedatangannya. Dengan respon bagus, kita patut berbangga hati karena semua yang dibuat memberikan manfaat juga bagi orang lain.
        Ada kelebihan, ada juga kekurangan. Tak bisa disangkal ada beberapa masalah yang ditimbulkan akibat adanya Facebook menurut penulis. Pertama, banyaknya akun orang ternama palsu yang dibuat-buat. Padahal tanpa dipungkiri orang-orang ternama bisa memberikan inspirasi bagi para penggermarnya. Kedua, dengan mudahnya dapat meng-hack akun seseorang tanpa alasan, yang membuat si pemilik akun tidak bisa menggunakannya lagi. Ketiga, orang-orang kurang memanfaatkan kemajuan media sosial ini untuk menambah pengetahuan, kebanyakan hanya digunakan untuk mengisi waktu luang saja.
        Berikutnya, dirilis pada tahun 2006 oleh  Jack Dorsey, lahir November 19, 1976. Ketika usianya baru 24 tahun muncul ide yang sederhana dibenaknya untuk mengubah cara berkomunikasi secara sosial, sebuah ide yang akhirnya berubah menjadi apa yang sekarang kita kenal sebagai Twitter. 
        Sama seperti Facebook, keduanya mempunyai peranan untuk perkembangan  komunikasi. Memang bentuknya lebih seperti SMS yang diaplikasikan sebagai konsep pesan status interaktif. Perbedaan fitur pasti ada sebagai ciri khas yang dimiliki tiap-tiap media sosial.
        “RT” , tanpa perlu dijelaskan penulis yakin pembaca mengetahui maksud yang  ditujukan, Retweet. Mengapa mengambil kata tersebut? Percaya atau tidak, kita lebih sering me-retweet status orang lain dibandingkan update status untuk akun sendiri. Kita lebih sering mengomentari apa yang orang lain lakukan karena akan muncul bahan-bahan obrolan dengan seketika dibandingkan mengharapkan retweet orang lain. Berani memulai itu lebih baik.
        Orang-orang yang telah memiliki nama besar dan mempunyai akun twitter, dengan mudah mendapatkan ratusan, ribuan bahkan jutaan followers. Kebiasaan orang dengan jutaan followers, selalu menampilkan pernyataan-pernyataan yang bisa memotivasi. Meskipun ada juga yang menampilkan hal-hal yang tidak penting. Setidaknya bisa diambil sisi baik dari orang yang diidolakan.
        Terlepas dari itu, banyak sekali akun twitter baik itu nama sekolah ataupun lembaga pendidikan. Mempermudah setiap orang untuk mengetahui apa yang terjadi setiap menitnya. Disamping itu ada juga info mengenai beasiswa. Dengan adanya akun tersebut kita bisa mengetahui beasiswa pendidikan apa saja yang ada, baik untuk S1, S2 maupun S3. Inggris, Jerman, Jepang dan masih banyak lagi negara lain yang menjadi tujuan melanjutkan studi. Karena realita yang terjadi, orang Indonesia lebih memilih belajar di luar negri karena menganggap pengajar dan tempat studinya terakreditasi sangat baik. Sebagai dampaknya, masyarakat lebih menghargai orang-orang lulusan universitas luar negri daripada lulusan dalam negri. Banyak yang beranggapan, selain mempunyai nilai plus dalam bahasa, lulusannya lebih berkompeten dan dianggap mahir dalam bidangnya.
        Beasiswa memang dibutuhkan oleh hampir setiap pelajar, baik di bidang akademis maupun non akademis. Hanya orang terpilih yang bisa mendapatkannya. Oleh karena itu dilakukan penyaringan siapa saja yang pantas mendapatkannya. Setidaknya pelajar diuntungkan dengan adanya beasiswa sebagai bentuk apresiasi terhadap prestasinya dan bisa membantu meringankan beban administrasi.
        Lain hal dengan blog, media sosial ini memang kurang bersahabat dengan penulis. Gaptek dan kurangnya waktu luang menjadi penyebab. Terlepas dari itu, kita sebagai pengguna bisa menyimpan apa saja di dalam blog yang dimiliki. Artikel, cerpen, dan iklan bisa dimuat. Dengan menyimpan berbagai karya, bisa melatih kita untuk menjadi penulis. Semua inspirasi bisa dituangkan sehingga membuat kita pun lebih kreatif.
        Dari ketiga media sosial,  Facebook dengan “Jempol”-nya, Twitter dengan “Retweet”-nya dan blog, kesemuanya memiliki keunggulannya masing-masing. Andil besar terhadap dunia pendidikan membuat kita patut berbangga hati. Semua yang dibutuhkan bisa terealisasikan berkat adanya media sosial ini. Meskipun memang kita tahu untuk pendidikan moral, harus dibenahi. Masih banyak situs porno ataupun situs-situs lain yang masih bisa diakses dengan mudahnya. Riskan bagi seorang pelajar dengan umur belasan tahun sudah mengetahui hal-hal seperti itu. Didasari keingintahuan yang tinggi, sudah barang tentu mereka akan melakukan apa saja untuk mengetahuinya. Oleh karena itu, pergunakan media sosial untuk menambah ilmu pengetahuan bukan untuk merusak diri sendiri dan juga orang lain.
Terakhir, teruslah berkarya karena suatu saat nanti akan berguna bagi orang lain diberbagai bidang bukan hanya pendidikan. Mengutip kata seorang penulis, Sofie Beatrix, “Dengan membaca kita akan tahu dunia, dengan menulis dunia tahu kita.”
       
       
       



Daftar Pustaka  
Beatrix, Sofie. 2011. Kitab Writerpreneur! Jangan (takut) Jadi Penulis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar